Cerita Bocah 12 Tahun yang Hidup Bersama Diabetes

Home Forums Pengalaman Hidup dengan MG Cerita Bocah 12 Tahun yang Hidup Bersama Diabetes

Viewing 1 post (of 1 total)
  • Author
    Posts
  • #737
    RIZKI RATRIANI
    Guest

    Diabetes pada anak? Memikirkan orang dewasa harus cek gula darah tiap hari sampai suntik insulin saja susah, ditambah lagi pada beberapa anak. Tetapi, buat Fulki Baharudin Prihandoko, ini menjadi kegiatan rutin.

    Tiap hari, Fulki harus memeriksa kandungan gula darahnya. Serta, tiap hari juga ia kudu mendapatkan suntikan insulin. Itu dikerjakan sebab diabetes melitus tipe-1 yang terkena bocah 12 tahun ini.

    Dari mukanya, Fulki tidak kelihatan baik-baik saja. Begitupun perawakannya, tidak terlihat jika ia menderita diabetes.

    Dibarengi ke-2 orang tuanya, Fulki menceritakan canon eos 600d mengenai pengalamannya ‘hidup’ bersama dengan diabetes sepanjang tahun. Analisis diabetes tipe-1 didapat Fulki waktu dianya masih duduk di kursi kelas 4 SD.

    “Diketahui itu waktu usia 9 tahun. Rasa-rasanya biasa saja tetapi, malam senang mengompol, lemas, berat tubuh turun,” kata Fulki waktu didapati di celah jumpa media di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (31/10).

    Beberapa gejala aneh itu membuat sang ibu, Aisyah Rahma, berprasangka buruk. Ia bawa Fulki ke dokter dengan keluhan ngompol. Tetapi, dokter cuma memberi resep obat untuk hentikan rutinitas mengompol. Satu pekan obat dikonsumsi, tanda-tanda ngompol tidak segera berhenti.

    Keraguan Aisyah makin bertambah waktu ia merasakan lantai kamar mandi yang merasa lengket serta dihinggapi semut. Tidak nantikan waktu lama, ia bawa Fulki ke rumah sakit. Aisyah serta sang suami, K Prihandoko, minta dokter untuk lakukan penelusuran.

    “Atas keinginan kami, Fulki dilihat gula darahnya. Nyatanya, gula darahnya 750 mg/dl. Ia langsung dirawat inap,” papar Prihandoko dalam peluang yang sama.

    Fulki dirawat di rumah sakit sepanjang satu pekan. Ia harus memperoleh injeksi insulin serta lakukan penelusuran gula darah tiap satu jam sekali.

    “Sebelum pulang, saya diajari menyuntik insulin, cek gula darah. Awalannya tidak berani, tetapi harus coba. Sebab jika di dalam rumah, ya, saya yang akan menyuntikkan,” kata Aisyah.

    Sekolah dengan bekal alat cek gula darah serta insulin

    Diabetes tipe-1 membuat Fulki harus memperoleh suntikan insulin tiap hari. Suntikan insulin itu diberi setiap saat sebelum makan. Akhirnya, harus, Fulki kudu membawa juga alat cek gula darah serta insulin tiap hari, terhitung ke sekolah.

    “Jadi setiap sebelum sarapan, makan siang, serta makan malam, suntik insulin. Lima menit sesudah suntik, baru makan,” jelas Aisyah.

    Tidak hanya suntikan insulin dengan teratur, seorang pengidap diabetes harus pandai mengendalikan jumlahnya konsumsi makanan. Aisyah juga harus mengendalikan menu makanan yang sesuai keperluan Fulki. Penentuan tipe serta jumlahnya menu sesuai dengan dosis injeksi insulin.

    Dengan bekal konsultasi dengan dokter serta pakar gizi, Aisyah dapat mengolah menu sarapan, makan siang serta makan malam tanpa ada mengganggu kandungan gula darah Fulki.

    “Contoh keperluan kalori anak seusia Fulki 2.100 kalori. Ini dibagi ke enam kali makan (seperti) sarapan, makanan ringan, makan siang, makanan ringan sore lalu makan malam. Sarapan Fulki itu butuh 36 kalori, itu riilnya apa? Contoh telur satu, susu satu gelas, serta roti dua lembar itu cukup,” jelas Aisyah.

    Suport lingkungan

    Walau diabetes menyerangnya, Fulki tetap semangat tanpa ada butuh merasakan tertekan. “Ia merasakan unik. Saya terkejut,” tutur Aisyah.

    Walau sebenarnya, Aisyah tidak pernah mengajari putranya berlaku demikian. “Jika diabetes, Fulki butuh insulin di luar, jika papah sama mama dari dalam, karena itu Fulki itu anak spesial, anak hebat,” kenangnya.

    Sempat ada rasa bersalah dalam diri Aisyah. Ia takut akan hari esok Fulki. Tetapi, dokter yang mengatasi memberikan keyakinan jika sepanjang gula darah termonitor, semua akan baik-baik saja.

    Sejauh ini, Aisyah bersama dengan sang suami cuma berupaya untuk jaga konsumsi makanan, teratur lakukan kontrol, serta jaga kebersihan. Sedang untuk pekerjaan sekolah, pasangan suami istri ini menyerahkan seutuhnya pada Fulki. “Yang perlu berhati-hati,” katanya.

    Sampai sekarang, Fulki suka olahraga. Ia gemar bermain basket. Karena hobinya bermain basket, gula darah Fulki termasuk bagus.

    Tetapi, Aisyah sering memperingatkan Fulki untuk tidak lama olahraga sebab bisa beresiko hipoglikemia.

Viewing 1 post (of 1 total)
  • You must be logged in to reply to this topic.